Vaksin HPV dan Skrining Serviks: Strategi Efektif Kurangi 70% Kematian di Indonesia

Posted by: Admin July 8, 2025 No Comments

Kanker serviks, sering disebut “silent killer,” menjadi penyebab utama kematian akibat kanker pada perempuan di Indonesia. Dari sekitar 36.633 kasus baru pada 2020, lebih dari 21.000 kematian terjadi—sekitar 70% di antaranya terdeteksi pada stadium lanjut, ketika tingkat keberhasilan pengobatan sudah rendah

WHO menetapkan strategi global “90‑70‑90” untuk eliminasi kanker serviks:

  1. 90% anak perempuan divaksinasi sebelum usia 15

  2. 70% wanita disaring dengan tes performa tinggi (HPV DNA) pada usia 35 & 45

  3. 90% kasus pra-kanker dan kanker invasif mendapat perawatan memadai

Program Nasional Indonesia: Menuju 2030

1. Vaksinasi HPV

  • Sejak 2022, vaksin HPV gratis diberikan untuk anak perempuan usia 11–12 tahun lewat program BIAS, dengan cakupan dosis dasar hampir 90% .

  • Rencana transisi ke single‑dose HPV menjelang akhir 2025 diyakini akan meningkatkan efisiensi dan cakupan vaksinasi.

  • Vaksinasi bagi anak laki-laki (19–26 tahun) diharapkan dimulai 2028 untuk memperkuat perlindungan herd immunity dan mencegah kanker penis.

2. Skrining HPV DNA

  • Pilot sejak 2023 menggunakan model hub & spoke, memadukan self‑sampling dan IVA di 25 kabupaten provinsi DKI Jakarta .

  • Target nasional: 75% wanita usia 30–69 menjalani skrining HPV DNA pada 2030, menggantikan metode lama (IVA/Pap Smear) yang cakupannya di bawah 2%.

3. Perawatan Cepat & Terpadu

  • Ditingkatkan melalui logistik alat diagnosis, pelatihan SDM, dan akses terapi seperti cryotherapy dan kemoterapi.

Dampak Kombinasi Vaksin & Skrining

  • Kombinasi vaksin dan skrining HPV dapat menurunkan insiden kanker serviks hingga 80% .

  • Vaksin HPV mencegah sekitar 70% kanker serviks tipe 16/18, dan varian lain dapat dicegah lebih luas dengan vaksin nonavalent

Teknologi Deteksi HPV DNA & Implementasi di Lapangan

Pada gambar infografis “Metode Deteksi”, proses screening HPV DNA mencakup:

  1. Pengambilan sampel:
    Bisa melalui Bio‑LBC (basah) atau CerviScan vaginal swab kering—serta urine self‑sampling, yang nyaman dan membuat lebih banyak wanita berpartisipasi.

  2. Ekstraksi DNA:
    Menggunakan perangkat TANBead otomatis atau metode manual Bio One‑Step Extraction.

  3. PCR Screening:
    Menggunakan CerviScan HPV‑hr & CerviScan‑4C dari Bio Farma yang mampu mendeteksi 14 hingga 18 tipe HPV high‑risk.

Studi validasi menunjukkan akurasi >95%, sensitivitas 73–80%, dan spesifisitas >97% antara sampel urine dan swab serviks. Dilengkapi juga oleh alat pendukung: biosafety cabinet, micropipette, PCR machine, vortex, serta tabung dan storage penskalaan laboratorium yang lengkap untuk mendukung alur skrining ini.

 

Rekomendasi Praktis

  1. Pastikan vaksinasi anak perempuan SD kelas 5–6, serta pertimbangkan vaksinasi anak laki-laki usia 19–26 tahun.

  2. Ikuti skrining HPV DNA saat berusia 30–69 tahun, terutama dengan opsi self‑sampling.

  3. Jika hasil positif, segera lakukan tindak lanjut ke fasilitas kesehatan untuk perawatan tepat waktu—kunci dalam mencapai target 90% terdiagnosis dan tertangani.

Kesimpulan

Dengan implementasi infografis alur deteksi HPV DNA dari Bio Farma dan Elo Karsa Utama, ditambah strategi vaksinasi, skrining performa tinggi, dan layanan pengobatan terpadu, Indonesia secara nyata dapat menurunkan kematian akibat kanker serviks lebih dari 70% pada 2030. Semua elemen—teknologi inovatif, kebijakan pemerintah, dan dukungan masyarakat—selaras dalam satu visi besar eliminasi kanker serviks nasional.

Author: Admin